Sebagian orang, mungkin semua orang, pernah mengalami masa-masa sulit
dalam hidupnya. Persepsi masa sulit bagi setiap orang bisa berbeda tergantung
persepsi dan cara menghadapi situasi sulit.
Curug Dago Bandung |
Apakah masa sulit itu?
Secara sederhana dapat digambarkan seperti ini: seseorang yang
tiba-tiba terlempar keluar dari zona nyaman dan aman. Zona nyaman bisa mengenai
kecukupan finansial, kebahagiaan saat bersama pasangan dan anak-anak, proyeksi
masa depan yang menggembirakan, posisi yang diakui mapan dan dihargai dihadapan
lingkungan (keluarga, masyarakat, tempat kerja), konflik yang dihadapi minimal.
Intinya adalah hal-hal yang menyangkut: love,
finance,safety, power.
Kehilangan salah satu komponen di atas dapat dipersepsi sebagai masa
sulit. Bayangkan jika semua komponen itu musnah lenyap. Bayangkan saja, jika
seseorang kehilangan pasangan atau keluarga yang dicintainya, lalu secara
keuangan bangkrut (akibat kehilangan pekerjaan atau gagalnya usaha) sehingga
tabungan menipis habis dan gagal membayar tagihan-tagihan. Rasanya ingin
ditelan umi saat ditelpon dan dikunjungi pihak bank/leasing dan pihak ketiga lainnya. Kepercayaan diripun runtuh
memelorotkan daya mempengaruhi orang lain agar bisa membantu. Bisa jadi
teman-teman lama memandang kecil: lebih
rendah dari sandal jepit!
Bagaimana Cara Menghadapi Masa
Sulit?
Ada saatnya masa sulit harus diterima sebagai situasi yang tidak dapat
dihindarkan, tetapi bukan berarti harus menyerah lantas putus asa. Yang lebih
parah jika panik dan melakukan tindakan emosional yang mengarah kepada
kriminal. Berdasarkan pengamatan dan pengalaman, berikut adalah tips menykapi
masa sulit:
- Paling utama adalah meyakini bahwa Tuhan Maha Adil. Kesulitan yang dihadapi tidak akan melampaui batas kekuatan seorang manusia.
- Akui kepada diri sendiri, bahwa masa sulit yang dihadapi saat ini mungkin saja adalah akibat dari”perbuatan yang tidak baik” pada masa kejayaan zona nyaman yang telah lalu.
- Anggap bahwa dampak masa sulit sekarang adalah suatu cara alamiah untuk “membayar hutang perbuatan masa lalu” yang sulit dikuantifikasi. Pada masa lalu kita pernah mengambil “kredit berupa kesenangan”, sekarang adalah masa “membayar angsuran dengan penderitaan”.
- Lakukan perbuatan-perbuatan baik kepada orang lain, mahluk lain bahkan kepada alam semesta. Perbuatan baik yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas merupakan tiket menuju gerbang kebangkitan. Oh ya, satu-satunya cara bisa merasakan ikhlas sesungguhnya adalah pada saat mampu berbuat baik meski mengalami penderitaan.
- Selalu bersyukur dengan apapun yang diperoleh. Makan sedikit gorengan setelah dua hari tidak makan menjadi suatu nikmat yang luar biasa. Ada kesempatan untuk menghargai uang logam pecahan Rp. 100,00 atau Rp. 200,00. (dulu terbiasa menghabiskan Rp. 1 juta semalam untuk hang-out di cafe atau diskotik)
- Kesempatan untuk lebih sehat, karena menikmati makan apa adanya atau tidak makan (puasa). Puasa secara rutin secara alamiah dapat menurunkan tingkat emosional. Cenderung sehat juga karena sering berjalan kaki, kemanapun: bertemu teman, kerabat, atau kenalan-kenalan baru yang sebelumnya kita abaikan, dan menuju tempat-tempat damai seperti hutan, gua, gunung, mata air, laut, sungai.
- Tenang dan pasrah, tiada rasa takut, menghadapi permasalahan. Tenang diperoleh dari hasil “puasa” dan “ritual mengunjungi alam” yang merupakan modal utama untuk bangkit dari keterpurukan. Pasrah karena meyakini Keadilan Tuhan. Ibarat terjun ke telaga yang dalam, ketika bersikap tenang, pasrah dan tegak maka pada saatnya kaki menyentuh dasar. Momentum balik akan mendorong tubuh ke permukaan yang bercahaya. Pada setiap kesulitan selalu ada dasar tempat berpijak dan mendorong kita bangkit dan keluar menuju ke permukaan kehidupan yang cerah.
Setelah malam ada siang.
Setelah mendung hujan badai ada langit cerah berpelangi.
0 komentar:
Post a Comment